ANDALAS NUSANTARA | BANDA ACEH
Pj Wali Kota Banda Aceh, Bakri Siddiq, mengajak stakeholder terkait beserta pegiat lingkungan mulai dari Pemerintahan, para jajaran struktural, satker dan PPK Balai Wilayah Sungai Sumatera I, akademisi, dan mahasiswa untuk melirik potensi wisata dan ekonomi pada Krueng Aceh.
“Karena kita ingin berbicara tentang sungai, kami melihat banyak potensi yang ada di sungai krueng Aceh. Aspek ekonomi dan aspek wisata, dengan tetap menjaga kondisi lingkungan.”
Hal tersebut dikatakannya saat memberi sambutan dalam acara Sarasehan Lingkungan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA, Selasa 4 Oktober 2022, di halaman Politeknik Aceh, Pango.
Acara bertemakan “Pengelolaan Sungai ‘Krueng’ Aceh Secara Menyeluruh” itu dihadiri juga oleh asisten II Setdako, Jalauddin, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera I, Heru Setiawan, Direktur Politeknik, Dr Hilmi, para unsur akademisi, mahasiswa, praktisi lingkungan dan muspika setempat.
Bakri mengatakan, Banda Aceh yang merupakan beranda depan dan etalase nanggroe, sebagai miniatur Aceh, sudah sepatutnya menjadi cerminan Aceh secara keseluruhan.
“Sekarang ada penataan di Peunayong, saya berandai-andai dengan space yang kecil itu adanya waterpront city seperti di Serawak (Malaysia) itu ekonominya ada di sana,” ujarnya.
Ia juga menambahkan wacana kepada pihak BWS agar Krueng Aceh selain infrastruktur, ada yang bisa dikembangkan dari segi ekonomi dan wisatanya, termasuk lingkungan bagi masa depan.
“Apakah memungkinkan kita bahas dalam pertemuan ini. Kemudian, kami memang belum melihat apakah ada blueprint di sini, saya ingin seperti di luar sana bagaimana pengembangan Krueng Aceh 30 sampai 40 tahun ke depan,” katanya.
Bakri pun mengharapkan dengan sarasehan ini nantinya akan ada diskusi bagaimana pengelolaan Sungai Krueng Aceh sekarang dan ke depannya.
“Krueng Aceh adalah masa depan bagi anak cucu kita, untuk itu perlu dijaga dengan baik. Karena jika Krueng Aceh tidak dapat dikelola dan dijaga dengan baik maka ditakutkan akan terjadi krisis air atau konflik air seperti negara-negara di Afrika. Untuk itu problema tentang siapa yang bisa menjamin ketersediaan air di hulu perlu untuk kita bahas dan kaji bersama,” pungkasnya.
Acara berlanjut dengan sarasehan dengan menghadirkan narasumber dari unsur HATTI (Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia) Prof Dr Azmeri ST M Eng, akademisi Dr Muhammad Yasar S TP M Sc, praktisi lingkungan Ir Adamsyah Lubis.[Ril/Filda]