
Teuku Muhammad Zulfikar
ANDALAS NUSANTARA | BANDA ACEH
Hari Jadi Kota Banda Aceh yang ke-820 merupakan momentum strategis untuk melakukan refleksi historis sekaligus merumuskan arah pembangunan kota yang berkelanjutan dan berakar pada nilai-nilai lokal. Sebagai salah satu kota tertua di Asia Tenggara, Banda Aceh tidak hanya memiliki kedudukan penting dalam sejarah politik dan penyebaran Islam, tetapi juga merupakan laboratorium sosial yang memperlihatkan dinamika antara tradisi, modernitas, dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi berbagai krisis.
Didirikan pada tahun 1205 oleh Sultan Johan Syah, Kota Banda Aceh berkembang sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam dan pusat intelektual Islam di kawasan Nusantara. Posisi geografis yang strategis menjadikan kota ini sebagai simpul penting dalam jaringan perdagangan internasional sejak abad ke-16. Namun demikian, Banda Aceh juga telah mengalami berbagai fase ujian sejarah, termasuk masa kolonialisme, konflik sosial-politik, hingga bencana tsunami tahun 2004. Ketiga fase ini menjadi batu ujian sekaligus fondasi bagi resilien sosial dan institusional kota ini.
Dalam konteks kekinian, Banda Aceh dihadapkan pada berbagai tantangan kontemporer, seperti urbanisasi yang tidak merata, degradasi lingkungan, perubahan iklim, dan keterbatasan lahan produktif. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan ke depan harus berbasis pada prinsip keberlanjutan (sustainability), ketahanan kota (urban resilience), dan kearifan lokal (local wisdom). Pemanfaatan teknologi dalam tata kelola pemerintahan (e-governance), penguatan kapasitas sumber daya manusia, serta pelestarian nilai-nilai budaya Islam Aceh harus berjalan seiring dalam merancang masa depan kota.
Peringatan usia ke-820 ini hendaknya tidak hanya bersifat seremonial, melainkan menjadi ajang evaluatif terhadap pencapaian indikator pembangunan kota dalam berbagai sektor. Diperlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media (pentahelix model) dalam mendukung pencapaian visi Banda Aceh sebagai kota Islami, ramah lingkungan, dan berdaya saing global.
Dengan menjadikan sejarah sebagai inspirasi, dan kearifan lokal sebagai fondasi, Banda Aceh memiliki peluang besar untuk terus tumbuh sebagai kota modern yang tetap memelihara jati dirinya. Pembangunan yang berakar pada identitas lokal akan menghasilkan kota yang tidak hanya layak huni secara fisik, tetapi juga bermartabat secara sosial dan spiritual.
Selamat Hari Jadi ke-820 Kota Banda Aceh. Semoga terus jaya dalam harmoni sejarah dan inovasi.
Pemerhati Sosial dan Lingkungan Aceh/Kandidat Doktor Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.[]